PARA TAMU YANG MULIA, SELAMAT BERKUNJUNG اهلا و سهلا مرحبا بكم جميعا

DISINI, KITA (MUSLIMIN SEJATI) BERBAGI INFORMASI ISLAMI UNTUK KEJAYAAN ISLAM SEJATI



DI TEPI PANTAI ATLANTIK

Selasa, 07 Februari 2012

MEMBONGKAR KEBOHONGAN SEORANG WAHABI

bagian-5
KESOMBONGAN SANG DA’I
Ketika dia menggunakan kalimat ‘sejauh pengamatan saya’, sebenarnya dia ingin memberi tahu ‘yang saya tahu’, yang oleh karenanya sangatlah beretika dan bernilai akhlakul karimah untuk tidak membuat klaim apapun, bahwa tidak ada sama sekali masalah Maulid. Karena boleh jadi sang da’i belum sejauh orang lain dalam melakukan penelitian terkait persoalan Maulid. Di atas langit masih ada langit, yang di atasnya masih pula bercokol ‘arasy sebagai symbol Kerajaan Allah swt. Klaim adalah sebuah bentuk kesombongan. Dan, dengan sebab itu pula Iblis dipaksakan lengser dari sebagai guru para Malaikat melorot menjadi sebagai yang dimurkai dan terlaknat sepanjang masa. Sang penceramah di Radio itu pasti menyadari konsekwensi ini. Atau, mungkin dia belum sejauh itu menjelajah masalah agama, khususnya terkait Maulid dan kesombongan. Bila memang benar adanya seperti itu dia masih jauh dari kelayakan menjadi seorang penda’i. Artinya, kalau memang belum begitu jauh memasuki belantika dan problematika keagamaan maka janganlah jauh-jauh berbicara agama, bisa-bisa terjebak dalam dua lingkaran setan: dusta dan sombong. Keduanya sangat jelas hukumnya, sejelas nada bicara sang da’i yang menafikan Maulid ada dalam semua mazhab. Dia telah bersikap yang terkategori cukup berani dan meyakinkan sekali. Sebagai penceramah, dia pasti bisa menghafal ayat berikut:
وَلا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحاً[1]
Dan jangan kamu berjalan atas bumi dengan sikap sombong.
Atau Hadits berikut:
لاَ يَدْخُلُ الجنَّةَ مَنْ في قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ خَرْدلٍ مِنْ كِبْرٍ
Tidak masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan seberat biji sawi sekalipun.
Nanti kita akan membuktikan, apakah klaimnya tidak ada Maulid sama sekali dalam seluruh mazhab benar atau tidak. Bukan maksud menelanjangi, tapi lebih kepada meluruskan masalah yang entah sengaja disimpangsiurkan atau kealpaan sipenceramah itu sendiri.
 bersambung........


[1] QS:Al-Israk:37