PARA TAMU YANG MULIA, SELAMAT BERKUNJUNG اهلا و سهلا مرحبا بكم جميعا

DISINI, KITA (MUSLIMIN SEJATI) BERBAGI INFORMASI ISLAMI UNTUK KEJAYAAN ISLAM SEJATI



DI TEPI PANTAI ATLANTIK

Rabu, 08 Februari 2012

MEMBONGKAR KEBOHONGAN SEORANG WAHABI

 bagian ke-16
DALIL ‘AQLIY HARAM MAULID YANG MENIPU
Yang lain jelas sekali..yang paling kecil ada..itu ‘aqiqah itu besar sikit..potong kambing, Udhhiyyah besar, Walimah ‘Urus besar. Yang paling kecil disebut juga, seperti..peucicap aneuk manyak..ha..ha..ha..memberi makanan pertama kepada bayi..itu ada dalam kitab itu dan kecil sekali urusan itu, tapi dibilang. Kenapa dibilang? Karena ada! Kenapa Maulid gak pernah dibilang? Kalau bapak ada dapat kitab Fathul Mu’in atau Mahalli atau Bajuri..ada bab khanduri Moleut saya ingin baca ha..ha..ha”,lanjut rekaman itu lagi.
(Sang penceramah kita mencoba mempengaruhi pendengar dengan menanam imej seolah Maulid tidak ada dalam kitab. Dia menyebut beberapa kitab sebagai contoh untuk meyakinkan pendengar, bahwa Maulid benar-benar tidak ada. Berusaha memainkan akal penyimak Radio dengan mengatakan persoalan kecil saja disebut dalam kitab seandainya memang ada, semisal peucicap aneuk manyak. Kecil sekali urusan itu, tapi disebut. Kenapa, tanyanya. Karena memang ada, jawabnya sendiri.
Kebohongan dia semakin merajalela dengan kenyataan kitab di atas yang telah kita buka dan saksikan sendiri. Menyebut kitab Fathul Mu’in, Mahally dan Bajury sebagai referensi Maulid. Kalau memang dalam kitab tersebut tidak ada, berarti Maulid tidak ada dan para ulama Aceh selama berabad-abad, sejak Syaikh Abdurra’uf sampai sekarang, telah mendustai masyarakat Aceh. Pencitraan buruk ini yang diinginkan sang penceramah itu? Menjelek-jelekkan Syafi’iyyah dan mengagung-agungkan Wahhabiyyah, apakah itu target yang telah dicanangkannya? Dua efek syaithaniyyah sekaligus membias dari ceramahnya, menjelak-jelekkan ulama dan membohongi masyarakat.
Akal yang dia mainkan untuk menunjukkan Maulid tidak ada adalah bila Maulid tidak ada dalam kitab-kitab di atas berarti Maulid tidak ada. Akal culas seperti ini memang diakui sangat mujarrab untuk mengelabui alam pikiran masyarakat awam. Artinya, membodohi yang memang sudah bodoh. Bukannya mengajari yang bodoh, malah semakin menambah kebodohan di atas kebodohan, suatu sikap yang memang sangat jauh dari yang namanya kebajikan. Mengapa dia sanggup menyembunyikan kebenaran?
 bersambung.............