PARA TAMU YANG MULIA, SELAMAT BERKUNJUNG اهلا و سهلا مرحبا بكم جميعا

DISINI, KITA (MUSLIMIN SEJATI) BERBAGI INFORMASI ISLAMI UNTUK KEJAYAAN ISLAM SEJATI



DI TEPI PANTAI ATLANTIK

Rabu, 08 Februari 2012

MEMBONGKAR KEBOHONGAN SEORANG WAHABI

 bagian ke-13

MAULID DALAM KITAB HAWY LIL FATAWA

قلت وقد ظهر لي تخريجه على أصل آخر وهو ما أخرجه البيهقي عن أنس أن النبي صلى الله عليه وسلّم عق عن نفسه بعد النبوة مع أنه قد ورد أن جده عبد المطلب عق عنه في سابع ولادته والعقيقة لا تعاد مرة ثانية ، فيجعل ذلك على أن الذي فعله النبي صلى الله عليه وسلّم إظهار للشكر على إيجاد الله إياه رحمة للعالمين وتشريع لأمته كما كان يصلي على نفسه لذلك فيستحب لنا أيضاً إظهار الشكر بمولده بالاجتماع وإطعام الطعام ونحو ذلك من وجوه القربات وإظهار المسرات) الحاوي للفتاوي كتاب الصداق صفحة رقم 181(
Menururt hematku, sesungguhnya telah nampak padaku untuk mengeluarkan dalil lain bagi Maulid, yaitu hadits yang dikeluarkan oleh Baihaqy dari Anas, bahwa Nabi saw menyembelih ‘aqiqah buat dirinya setelah kenabian, padahal ada hadits yang mengatakan kakek beliau, Abdul Mutthalib, telah meng’aqiqah pada hari ketujuh kelahirannya. ‘Aqiqah tidak boleh diulang kedua kali. Berarti perbuatan beliau menyembelih yang kedua merupakan menampakkan rasa syukur atas diciptakannya beliau sebagai rahmat bagi seluruh alam sekaligus menjelaskan syari’at (Maulid) bagi umatnya, sama alasannya mengapa beliau berselawat atas dirinya sendiri. Karena itulah, sunat bagi kita pula menampakkan syukur atas kelahirannya dengan berkumpul, menyedekahkan makanan dan lain-lain yang termasuk dalam Qurbah dan mewujudkan kegembiraan. (Al-Hawy lil Fatawa kitab shidaq hal.181)
(Sayuthi mengeluarkan satu lagi dalil Maulid, yaitu ketika Nabi saw menyembelih seekor kambing untuk mengenang kelahirannya sendiri. Dia bukan ‘Aqiqah, karena sudah dilakukan oleh kakeknya pada hari ketujuh kelahirannya. Maka makna dibalik perbuatan Nabi saw itu hanya satu: bersyukur atas kelahirannya. Pemahaman Sayuthi di atas boleh berbeda dengan orang lain, tapi bukan untuk menyalahkan pemikiran beliau, apalagi sampai mencak-mencak marah sambil mengatakan, bid’ah, sesat, neraka! Sangat biadab menerakakan seorang ulama yang keilmuannya diakui dunia Islam. Alangkah beradab dan penuh akhlakul karimah mengatakan, ‘menurut kami begini, pemahaman orang lain terserah...’. Sikap model begini ini mencerminkan seseorang tidak tinggi hati, penuh tawadhu’ dan tawakkal serta berisi. Karena, tong kosong biasanya berbunyi nyaring sekali seperti klakson mobil.
Segelintir Wahhabiyyah mencoba membantah argument Maulid di atas. Katanya, penyembelihan kambing oleh kakek Nabi saw bukanlah ‘Aqiqah, karena saat itu belum turun Syari’at untuk menyatakan ‘Aqiqah. Berarti penyembelihan kakek bukan ‘Aqiqah, maka diulang oleh Nabi saw ketika sudah turun Syari’at. Apakah anlisis seperti ini benar adanya.  Dalam ilmu Usul Fiqh dan Ulumul Hadits, ada pembahasan tentang klasifikasi Hadits, yang diantaranya, ikrar Nabi saw terhadap suatu peristiwa adalah juga disebut Hadits, menjadi bagian dari Syari’at itu sendiri).
bersambung...............